Minggu, 23 Oktober 2016

Muak

Muak
Oleh: Addy Hasan

Rakyat muak dengan colotehanmu wahai penguasa
Katamu ini Pesta Rakyat
Bukan itu pestamu bukan pestaku
Kami hanya tamu makan sekedarnya


Hidanganmu khusus
Ada pagar dan penjaganya
Kau cengkrama dan tertawa terbahak-bahak
Melihat jelata akrobat berebut makanan sisa

Jas dan sepatumu menyilaukan panggung
Cerutu di tangan kananmu
Miras di tangan kirimu
Tapi di mulutmu keluar janji-janji suci

Celotehmu bau alkohol memabukkan jelata
Musik sihirmu memukau proletariat
Recehanmu bergemerincing menghujani kantong
Janjimu semanis madu meracuni pikiran

Rayuanmu begitu memukau suara kami
Hanya untuk lima tahun sekali kita bertemu
Esok, lusa kau enyahkan kami dari gubuk
Suatu saat Karmamu pasti akan datang

Jakarta, 23 Oktober 2016

Nestapa Jelata

Nestapa Jelata
oleh: Addy Hasan

Hidup kami semu tak bermakna
Dicengkeram dalam pragmatisme
Dijerat kehidupan duniawi
Tak ada lagi nilai hakiki


Saling gesek dan gosok
Saling Curiga Mencurigai
Tak ada lagi kepercayaan
Yang ada hanya Nestapa

Masa depan kami suram gelap gulita
Belum nampak cahaya dan secercah harapan
Asa hanya bagi cukong dan pemodal asing
Rakyat tak bisa memilih harus tunduk dengan Penguasa

Demi pembangunan semua rata dengan tanah
Tak ada lagi iba apalagi simpatik
Demi modernisasi semua digilas dengan mesin aparat
Atas nama Tata Kota tontonan menjadi tuntunan

Air mata kaum jelata mengering
Darah pun enggan mengaliri tubuh
Namun kepongahan dan kecongkakan terus dipertontonkan
Sirkus mata kamera mengelu-elukannya bak Pahlawan

Para Komprador membuat silau Proletariat
Kaum Borjuis bersorak sorai mengelu-elukannya
Pesta rakyat digelar bagi sang penguasa
Namun kaum jelata hilang ingatan
Sosok penguasa atau pemimpin yang mereka butuhkan

Jakarta, 23 Oktober 2016